Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2024

bersyukur dan rasa syukur

Syukur for me ada 2 Consciously and unconsciously. By mind dengan cara mainin pikiran. Like, untuk fisically indra functional.. toh gak dikit yang diuji dengan difabilitas  Nah, kalau rasa syukur. That's thing yang i think gift sih.. Kondisi penuh syukur, shortly and tanda kutip " sulit diusahakan " 

komunikasi dengan orang ganggu dan lack of hearing

Kerna itu ku agak gak suka pakek analogi. Kerna multi interpret.. Risk tuk selip.. Refers ke il-kom.. Komunikasi bukan tentang yang disampaikan. Namun yang dipahami, yang direceived oleh si receivernya ( kawan disscussion ) Case nya ada beberap hal.. Sorrry pakek contoh yang agak buruk 1. Bicara dengan orang gagu 2. Bicara dengan yg pendengaran terganggu. I mean, komunikasi yang gak komunikatif.. ada beberapa case. Dari si penyampai or si receivernya

all about wisdom

Saya kasih 3 voice up min. Saya suangat suka konsep tersebut. Yaitu Widsom.. Kerna di indo kadang tolok ukurnya baik buruk, untung rugi. Nyaris gak pakek tolok ukur wisdom. Like, the worldkan can miniaturized as a school. I mean. Suatu sekolah. Dan antar negara adalah like kelas-kelas. Ngurus nekara kan kayak ngurus kelas. Ada membernya, ada pegurus kelasnya. Tuk operasional, kalau di kelas asa kas, which is kalau kita kenalnya " pajak " Uang kolektif tersebut, trus diusing ke anggaran.. Nah tuk distribusi uang tersebut, yang nyaris pakek tolok ukur wisdom.. Kayak.. beli ac tuk kelas itu bagus, beli proyektor itu bagus. But. Wise gak sih.. Mindahin pemerintahan ke kalimantan tuk ada bagusnya. But wise gak sih.. ?? Skala prioritasnya dah bener belum sih.. Yah. Thanks, dan terus menerus popularize konsep " wisdom "

accessions

Bayangkan kau ke pasar malam. Trus kau tutup mata dan telinga,, Ada itu 2 versi. Ada as a subjek dan objek.. Ada beberapa possibility Sesuatu ada namun manusia gak punya tools tuk accessing Sesuatu ada dan manusia punya tools tuk accessing-nya. Gender janin di rahim ibu aja. Default system kita gak bisa accessingnya.. Perlu tools dari luar

dijumlah kan saja, jangan justru comparing each othersl

Emm. Dirimu so pasti pernah denger imagine-nya lennon kan ??? Itu suangat bahaya. I mean, lagu ikut menginfluenced zaman. Bisa better or sebaliknya... And dalam ku memandang resources, whatever it is, ( novel, sastra, il-kom, anime, puisi, dst ) Ku gak mengcompare mereka, which yang paling bagus.. But, memandang mereka as a someting yang bisa didayagunakan.. So, pertanyaanya bukan.. lebih mending by musik or sastra ?  Namun seluruh resources didayagunakan.. Let's say Kalau dengan musik punya daya perbaikan 10% di sastra 5% di filsafat 20%  dst Why we tidak menjumlahkanya saja ?? Bukan malah memperbandingkannya, right ??

lagu ( rasa dan cerita ) and daya gunanya

Di musik ada 2 Nada dan kata. Nada itu ngetransfer rasa Kata itu ngetransfer cerita Nah.. filasafat bisa nelaah teks, i mean lirik. saya sebut saja lagu, karn kalau musik bayangan saya ke mozart, bach, chopin, pachelbell Lagu itu dapat jadi media mempengaruhi manusia. You know lah. Lagu imagine-nya lennon, trus let it be nya beatless Someboy to love nya queen Numb, in the end nya linkin  Dst.. Lagu, di part lirik.. Itu kalau digarap seriously, dapat ngedriving zaman. Kerna seluruh aksi absolutely based on mind, and mind, you know lah. Kumpulan kata-kata

math again, there's sejumlah consequences.. and btw. gak harus fun oriented. but kalau gak kesana, so kemana ??

Emm. I suggest kamu tuk memperlakukannya like when we dulu ngerjain soal math. Soal ada buanyak, Subjectively based on kamu. Ada soal yang lebih mudah, lebih sulit, lebih cepat, lebih murah, lebih mahal. Dst.. Yahh.. kerjain yang gampang dulu, Yang efortless, cost murah, dst.. Kewajiban itu hakikatnya tidak ada, But ada konsekwensi. Gak harus beribah, gak harus beriman, gak harus bertetangga, gak harus bergaul, gak harus bersosial, gak harus belajar, gak harus memahami, dst.. But, ada konsekwensi

credibility often merusak objektifitas pada penilaian kapabilitas

Gak semua orang mau, bahkan mampu. Objektif. Like,  When we were masih bersekolah. Kita fair menilai temen kelas kita. Bahwa, si a bagus di math, but jelek di sport, Si b jelek di sosiologi, art, language, but ia mahir comunicate dan make a networking Itu gak mudah, Let's say in the past ku interested with dokdes ( ryu hassan ) nah, itu yang gak mudah. Menilai apa adanya. Jika ia gak capable di hal tertentu, ya di akui. Emang credibility often bikin less objektif saat nilai capability

dasarnya rasa, ujungnya juga rasa, namun manusia perlu benda as a perantara 4:01 am

Philoshophically tujuan hidup itu gak ada... Dikarenakan manusia diinstal mesin rasa, jadi seakan punya tujuan.. Bukankah rentang kehidupan manusia ( let's say 100th.an ) Manusia berjibaku dengan rasa. Shortly : 1. Rasa indrawiyah 2. Rasa batiniyah That's it Meski varietynya beragam. A. Ada yang makan karna tuk mencegah sakit maag B. Ada yang makan tuk maintaining rasa perih perut C. Ada yang makan kerna rasa penasaran pada kuliner something new D. Ada yang makan kerna kasian pada a pelapak/pedagang E. Ada yang makan tuk kill the time aja Dst.. That's life. Wake up, tuk energi batin : ada yang tiktokan or checking medsos Then, tuk energi fisik : makan, take a ciggarete with coffee. Trus, kerna masih pelajar, pengen more attention.. dandan/bersolek.. When di kelas bosen : main gadget, ngerumpi, nganime, ceng-cengin kelas lain.. Cuma itu.. I agree bahwa diri sejati terbelenggu oleh wadaag ( raga ) yang karnanya terpatri pada konstalasi system semesta ...

that's life. tujuan manusia emang ilusi, hanya karna manusia diinstal mesin perasa manusia seakan punya pupose

Actually.. Emang manusia, actually gak punya tujuan.. Hanya karna manusia diinstal mesin perasa pada dirinya. Ia jadi punya tujuan.. Diri sejati, yang termanifest pada consciousness, and then ngoperate sejumlah hal yang controllable.. Ini memang pikiran yang liar, dan hanya sejumlah orang yang melihat dunia apa adanyalah yang noticed hal tersebut. Rentang sejarah kehidupan. Waktu, ruang, gaya, benda, flora, fauna, manusia... 1. Exist ( ada ) : ia gak bergerak dan tak menyadari keberadaannya 2. Ada : ia hidup, tak bergerak, tumbuh, kembang, namun gak menyadari keberadaannya dan gak punya controller 3. Ada : ia hidup, bergerak, tumbuh, kembang, namun ia gak menyadari keberadaannya dan juga gak punya controller 4. Dan manusia..  Struktur manusia : diri sejati diinstal/dilekatkan ( consciousness, sang operator, sang observator ) body, memori, indra, sistem saraf,  organ semi dan otomatis, dst Bayangkan manusia part yang controller dilepas ? Bayangkan mesin perasaan dilepas ? Bayan...

is that wise ?

Karna emang miskin min. Orang waras mana sih yang merendahkan dirinya, hanya ditukar dengan sembako dan uang yang gak seberapa. Emm. Persoalan bangsa banyak. Kalau itu sih masih ringan sih. Emm. Let's say mereka beli suara. Namun kalau ia gak niat balikin modal dengan keharaman..  Masih ok sih.. Ini bisajadi kerna pandangan masyarakat. I mean kalau gak kaya gak di pay atention. So mereka maling.. demi " di jawa ada ungkapan.. agar bisa jadi orang " Bagsat kan ? Kalau belum konglo. Tuk bertetangga aja gak dikasi respect. Emm.. Dann..  Catatan saya.. para petugas itu kurang wise.. Shortly kan.  Negara ini dapat dianalogikan suatu kelas. Tuk operasional para member diminta iuran/kas ( pajak ) Nah.. yang kurang tuh wisdom.. Kayak.. apakah wise mengecet ruang kelas, sementara masih ada member yang kesulitan makan ? Apakah wise, membeli proyektor ? Sementara buku buku self improvementnya masih minim.. Entah kenapa. Kata wisdom jarang bahkan nyaris gak dipakai, Like, apakah wise...

membela tuhan katamu ? wkwk siapa anda ?

Bangsatnya.. Para pemuka agama yang memperkenalkan tuhan dengan wajah garang.. Ia memfitnah tuhan butuh mengazab, butuh disembah,  Fuck sih kataku. Kayak, mengancam orang dengan neraka, dengan siksaan dst. Emang tuhan " butuh murka " ??? Emang tuhan baperan ?? Pemikiran mereka kalau gak direvisi, akan meracuni generasi penerus. Kayak membela tuhan.. wkwkw.. Emang kalian yang mikir gitu, tuhan dah kehilangan kedikdayaannya, sehingga perlu bantuan ? Emang tuhan lemah ?? Ohh, ini gak hanya menhina agama. Namun menghina tuhan.. Kalau orang lugu yang ngomong bisa dimaklumi lah,.. ( meski tetep perlu dibenahi ) Namun kalau penceramah, mending belajar lagi.. Seakan kekuasaan tuhan lumpuh, kemahakuasaannya telah sirna. Jangan racuni generasi penerus. Kalau itu keyakinanmu silahkan, namun cukup buat kalian saja. Gak usah ngeracuni generasi penerus.. Tuhan kok dibela,  Heh bung siapa anda ??

bermain dengan sang rasa

Nature-gitu.. Lapar gak bisa dimusnahkan. Ia hanya ditunda Sepi gak bisa dihilangkan, ia hanya bisa diadu Asyik gak bisa dikekalkan, i hanya bisa ditahan. Even rasa, ia kayak punya kehendaknya sendiri. Dan bahkan ketentraman/kebahagiaan gak bisa diraih, ia hanya bisa ditemui, dan berlarian lagi, bersembunyi lagi Mereka seakan mengajak kita bermain petak umpet. Ia bersembunyi, Ada yang mencarinya di tempat ramai, ada yang mencarinya ditenpat sepi, Ada yang berhasil menemukannya dan bahkan hendak menyandranya. Padahal ia suangat lincah tuk meloloskan diri dan bersembunyi lagi. Entah di suara menggemaskannya sang kekasih. Gelak tawa teman akrab. Entah di tumpukan saldo, di nyamannya ibunda kita,  Atau di haru birunya saat menontoni anak anak kita yang meremaja.. Namun ia berlari, bersembunyi, dan bertemu, dan bersembunyi lagi

baik buruk itu refers to nikmat sakit

Menyakiti orang lain or dirimu sendiri gak ?? Kalau cabul pada pasangan sendiri kan itu bagus. ( namun pada moment yang pas ) Simply-nya.. Baik-buruk itu,, liat aja nikmat or sakit. Kalau sakit it means buruk, kalau nikmat it means baik. Saya detailkan, takut bias. Dengan perspektif. Sort term dan long term. Kalau seluruh yang kau lakukan menyebabkan kau kesakitan di next dimention. So, bukankah itu buruk, right ??

nyaman boleh, asal jangan lupa tuk productive

Yups. Kan bangsatnya hiburan adalah membuat kita terlena, gak belajar, gak make a relation/networking.. Tujuan hidup kan nyaman,  For me bangsat sih yang bilang keluar dari zona nyaman. Ntar kalau dah keluar, dan gak nemu nyamannya hidup, malah depressed. Preassure, repot jugak.. Asal produktif aja. Kalau engga ya,, kecanduan top up game online  nya perlu wisdom. Ujung hidup bukanlah rasa, right ma pren ?? Bukan sexnya namun orgasmenya Bukan ngobrolnya, namun asyiknya Bukan gulanya, namun manisnya. Ya.. emang perangnya ngeri.. Dibikinkan sejumlah hiburan yang melenakan. Suatu sociecy didesign jadi addictive, sakaw, terlena dan lupa belajar.. Fuck. Peranya ke ranang psychologichal war