Oke, langsung to the point. Kita bahas Al-Baqarah ayat 260 beserta asbābun nuzūl dan cara memahaminya secara objektif, ilmiah, dan tidak spekulatif.
1. Teks Ayat
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ أَرِنِي كَيْفَ تُحْيِي الْمَوْتَىٰ ۖ قَالَ أَوَلَمْ تُؤْمِنْ ۖ قَالَ بَلَىٰ وَلَٰكِن لِّيَطْمَئِنَّ قَلْبِي ۖ قَالَ فَخُذْ أَرْبَعَةً مِّنَ الطَّيْرِ فَصُرْهُنَّ إِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلَىٰ كُلِّ جَبَلٍ مِّنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِينَكَ سَعْيًا ۚ وَاعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Artinya:
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati." Allah berfirman, "Belum percayakah engkau?" Ibrahim menjawab, "Aku percaya, tetapi agar hatiku mantap (yakin)." Allah berfirman, "Kalau demikian, ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu, kemudian letakkan di atas masing-masing bukit satu bagian. Kemudian panggillah mereka, nanti mereka akan datang kepadamu dengan segera. Ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."
2. Asbābun Nuzūl (Sebab Turunnya)
Sumber otoritatif:
-
Al-Wahidi (Asbabun Nuzul):
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas:
Nabi Ibrahimalaihissalampernah melewati bangkai hewan yang membusuk, lalu beliau bertanya-tanya dalam dirinya:"Bagaimana Allah menghidupkan ini setelah ia hancur?"
Maka Ibrahim memohon kepada Allah untuk memperlihatkan proses tersebut.
Turunlah ayat ini sebagai jawaban terhadap permintaan tersebut. -
Imam Al-Qurtubi dalam Al-Jami' li Ahkam al-Qur'an:
Ada riwayat lain bahwa Ibrahim bertanya karena ia ingin mencapai "ilmu 'ain" (pengetahuan berbasis penglihatan langsung), bukan karena ragu terhadap kekuasaan Allah. -
Al-Tabari dalam Tafsir al-Tabari:
Ibrahim sudah beriman pada kekuasaan Allah, namun meminta penguatan keyakinan melalui pengalaman langsung (liyaṭma'inna qalbī).
Kesimpulan dari seluruh riwayat:
3. Cara Memahami Ayat Ini (Metodologi Objektif)
a. Pahami Makna Kata-kata Kunci:
- "أَرِنِي" → "Perlihatkanlah kepadaku" (permintaan visual, bukan sekedar teori).
- "كَيْفَ تُحْيِي الْمَوْتَىٰ" → "Bagaimana Engkau menghidupkan orang mati", fokus pada proses, bukan hanya hasil.
- "لِّيَطْمَئِنَّ قَلْبِي" → "Agar hatiku tenang/mantap", artinya mencari keyakinan lebih tinggi (bukan menghilangkan keraguan).
b. Pahami Konteks Historis Ibrahim:
- Ibrahim dikenal sebagai tokoh pencari kebenaran (al-mulāhazah wa at-ta'ammul — observasi dan kontemplasi).
- Kisah ini sinkron dengan perjalanan Ibrahim dalam mencari kepastian tentang Tuhan melalui alam semesta (QS Al-An'am 75–79).
c. Pahami Tujuan Dialog:
- Allah bertanya "Apakah kamu belum beriman?" bukan karena meragukan iman Ibrahim, melainkan untuk menguatkan posisi Ibrahim dan mengajarkan kepada umat manusia bahwa memperkuat keyakinan dengan bukti empiris itu boleh.
d. Gunakan Prinsip Tafsir:
- At-Tafsir bi al-Ma'tsur: Berdasarkan riwayat sahih (dari Nabi, sahabat, tabi'in).
- At-Tafsir bi al-Ra'yi: Dengan syarat tidak bertentangan dengan prinsip syariat.
e. Perhatikan Manfaat Praktisnya:
- Ayat ini menunjukkan pentingnya menguatkan iman melalui ilmu dan pengalaman.
- Boleh meminta bukti untuk memperkokoh iman, selama tidak disertai niat membangkang.
4. Data Pendukung dari Kitab-Kitab Besar
Kesimpulan
- Asbabun nuzul: Ibrahim meminta bukti visual karena ingin keyakinan lebih kuat, bukan karena ragu.
- Cara memahami:
- Melihat makna literal ayat,
- Konteks Ibrahim sebagai pencari kebenaran,
- Prinsip bahwa memperkokoh iman melalui bukti empiris itu diperbolehkan dalam Islam,
- Tafsir harus berdasar riwayat sahih.
Kalau mau, aku bisa lanjutkan analisis kritis ke pembahasan:
- Bagaimana ayat ini dibandingkan dengan kisah Hawariyyun (QS Al-Ma'idah 112-115) yang juga meminta bukti.
- Atau bahas implikasi ayat ini dalam epistemologi Islam (hubungan iman, akal, dan bukti).
Mau lanjut sekalian? Mau arahkan ke mana?