Kalau orang belajar filsafat, psikologi, sosiologi
Ia akan lebih kenal.
Sistem perasaan.
Ia akan mempelajari cara mengatasi addiction, toxic positivity, memposisikan diri, membawa diri.
Dan itulah kesempatan yang dipunyai manusia,
Yang tidak dimiliki benda.
Kesempatan tuk megalami, memahami, memproses, dst.
Dan memang gak ada kata " harus "
Hakikat hidup gak ada yang mengharuskan.
Aturan main, dst.
Dibuat demi kepentingan bersama, menjaga stability, dst.
Kayak.
Mempunyai opsi adalah hal terhebat yang dimiliki manusia.
Tidak seperti benda, flora, dan fauna.
Manusia punya sejumlah opsi, meski gak infinite. Tetep ada batas.
Aku justru heran, mengapa kau memaki opsi ?
Apakah terkait kebingungan ? Gambling ? Dst ?
Oh, bung apa kau pengen jadi benda ? Hewan ? Tumbuhan ?
Apa kau pengen jadi malaikat ?
Toh.
Tinggal diproses, pertimbangkan, eliminate, trus di choose, as simple as that, right ?
Misal making/earning money.
Tinggal pilih.
Ikut orang atau buka usaha.
Kalo ikut orang, dari sekian yang possible, milih yang mana.
Kalo buka usaha, pengen jasa, dagang, penyewaan, konsultan, atau apa.
Kalau tentang rasa,
Oh bung.
Spektrum rasa itu buanyak..
Ada ekstase, ada bersahaja, penuh syukur, merasa bermakna, contentment, satisfied, happiness, joyfull, cheerful, tenang, syahdu, gembira, asyik, curiousity, dst..
Dalam filsafat manusia, at least, ada diri yang berfikir, diri yang menjalani, dst.
Oh bung,
For me masih stuck di permenungan pun it's okay..
Rasa yang terburu buru itu berbahaya.
Contoh : kesepian, pesta, gembira, .. nah kalo belum pas, ia akan frustasi karna sakaw, karna ada sistem candu/adiksi, dst..
Oh bung,
Apa kau pengen jadi malaikat ? Atau pengen jadi benda ?