@mariagreen
As we both know,
Soal soal linguistik.
Like,
Ilm, alim, ulama
Di indo terjadi redefinisi remakna dst.
Alim yang makna asal adalah orang yang berilmu, didefinisikan jadi saleh, abid, taat ritus, dst.
Makna asal/etimologis dari agnostik adalah. Mengakui sejumlah hal yang unobservable/unverifiable
Jadi mereka no comment.
Manusia itu sangat berdimensi.
Misal, ia pinter nyayi.
Tapi apa dulu specificnya ? Nyanyi rock ? Bossanova ? Country ?
I said bahwa ia jujur di konteks religiusitas.
Karna memang gak bisa diverifikasi.
Kalo ada orang bilang. Ia tau tuhan, ia tau tentang nextlife dst.
Mungkin perlu discuss ulang.
Tentang.
Apa itu pengetahuan, apa itu keyakinan.
Sub bab tentang agostik itu buanyak.
Kernanya memang perlu konteks
Agnostisisme itu konsep besar,
Orang agnostik karna berawal dari metodologi,
Ketika mentok ia gak tertarik pada claims,
Ada wilayah benar salah
Ada wilayah tau tidak tau
Ada wilayah percaya gak percaya
Ada wilayah ragu gak ragu.
As long as mereka cuma ngandalin metode ilmiah, mereka hanya akan stuck di situ aja.
Jawaban mereka tidak tau, tidak tau, dan tidak tau.
Karna tidak bisa diverifikasi/dikonfirmasu, dicek ricek, dst.
Kalo gunin tought experiment, semestinya mereka condong ke believe in creator.
Tuhan itu konsep besar.
Kalo langsung bicara dengan diksi tuhan. Mereka akan mental.
Like, katanya maha adil, katanya maha penyayang tapi kok bikin ujian-ujian segala, dst.
Explorasi ke masa lalu ujungnya adalah sang pencipta kalau mereka gunain wisdom, consideration, intuition,
Explorasi ke masa depan ujungnya adalah sang hakim/maha adil, kalau mereka bersimulasi, mikir konstalasi, mikir filsafat moral, dst.
Balik lagi kenapa ragu, gak ragu, dst
Karna mereka gak pakek metodologi selain scientific method ( pakek konsep corespondence truth )
Lebih cepat kalau mereka mikirin possibility of afterdeath.
Kalo discuss tentang misteri existence, kalo curiouaity mereka gak kuat. Mereka prefer ke hal teknis, praktis, jadi utilitarian..