Langsung ke konten utama

konsep sang pengutus, utusan, dst..

Tema : afterdeath/afterlife/nextife, dst

Existensi manusia,
Lahir,
Waktu : rentang kesempatan

Ujungnya adalah gak tau,
Dengan kefilsafatan yang spekulatif/menduga/mengira..

Ada berbagai kemungkinan

1. Gak ada

2. Ada, tentang format kehidupan selanjutnya pun bervariasi : reinkarnasi, alam kubur, padang mahsyar, pengadilan tuhan, surga, neraka, api penyucian, dst.

Sebagimana kita tau, tema tersebut adalah unobservable, dan seluruh versi we can't make sure, gak ada metodologi apapun yang bisa memastikan/menilai benar/salah suatu konsep secara objektif.

Nah,
Alur berfikir, gak hanya ke depan.

Ada alur berfikir ke belakang,
Contoh : our gadget,
Meski kita gak tau siapa yang ngerakit/membuat/dst..
Kita pasti sepakat tentang konsep ( pencipta, perakit, pembuat, penyebab, dst.. terserah istilah apa yang prefer kita pakai )

Nah,
Balik ke pertanyaan ontologis
Apakah kehidupan ini terjadi degan sendirinya ? Atau ada pembuat/penciptanya ??

Ketika para scientist beranggapan bahwa bigbang adalah penyebab.
Lantas apa yang menyebabkan bigbang ada ? Apa yang menyebabkan penyebab tersebut itu ada ?
Sampai kita *blunder* pada reasoning/penalaran.
Apa yang menyebabkan penyebab,
Penyebab dari penyebab,
Penyebab dari penyebab
Sampai kita terasa mustahil memburu ujung,

Namun ada yang menawarkan konsep pencipta/causa prima/penyebab yang gak bersebab/pencipta yang gak diciptakan..

Kalau kita menerima konsep sang pencipta,
Setelahnya,
Ada kemungkinan tuk membahas sejumlah claims ( messenger of god, message of god )

Dimungkinkan tuk berdiskusi.. dari sekian banyak claims tentang,
*yang mengaku utusan pencipta*
*yang mengaku kitab suci/pesan pesan pencipta*
Dimungkinkan tuk didiskusikan..

Tapi tetep, underline-nya adalah.. ini dah masuk konsep iman,

Karna kita gak bisa verifikasi/tracking, that's why kita berfilsafat, dan akhirnya memilih dari sekian tawaran kefilaafatan yang spekulatif.

Contoh : saat kita beli di online shop,
Gak ada yang menjamin barang... yang datang bagus.
Tapi kita sadar/gak sadar memilih percaya.
Percaya pada track record : ulasan, rating toko, dst..

*Bersambung...*