@mariagreen as a pengamat.
Lebih jauh,
Kadang para agamawan or umat beragama.
Gak cukup sabar memperlakukan mereka.
Padahal bisa pakek berbagai analogi,
Tentunya better tuk start dengan diri mereka.
Analogi yang bisa dipakai misal,
Ini ada hp, sungguh konyol orang yang bilang ia ada sendirinya,
So pasti ada yang ngerangkai/ngerakit/whatever namanya.
Berangkat dari situ,
Suatu hal so pasti ada sebab, sampai ujingnya. Sebab adanya jagat, manusia, kehidupan beserta kompleksitasnya.. di islam dinamakan al khalik ( yang menciptakan )
Ada 2 cara.
Maju or mundur.
Kalo maju,
Pakek pemikiran.
Ujung hidup adalah gak tau
Kalo yang beriman namanya meninggal, meninggalkan kehidupan ke dimensi selanjutnya
Kalo yang gak percaya namanya mati, udah selesai gak ada apa apa lagi.
Nah, bisa masuk argumen moral. Keadilan dst.
Like, di hidup ada yang lolos hukum, sementara para hero kadang gak hidup layak.
Nah, sangat gak adil jika kehidupan selanjunya gak ada,
Maka perlu ada yang mengadili.
Dan diislam yang mengadili adalah al hakim ( yang mengadili )
Konsep, sistem pengadilan, cara selamat, dst.. termaktup di quran yang dibawa oleh muhammad as a messenger of god.
Tafsir terbaik adalah yang dijelaskan oleh prophet muhammad, yang kemudian diarsipkan di hadist, dan para sejarawan..
Ada faktor
Ketidaksabaran, arogansi, kepiawaian dalam menjelaskan a to z juga berpengaruhn.
Orang muslim buanyak yang gak respect or interested pada science, kerna kelakuan/tabiat para scientist,.
Padahal.
For me : science adalah kelanjutan dari memahami sunnatullah ( default system yang tuhan set )
Tuhan ngeset api = membakar, panas.
But, ada waktu bahwa tuhan menunjukkan bahwa ialah yang menguasai sebab akibat,
Ia re-set api = dingin, menyejukkan dalam riwayat nabi ibrahim yang dibakar.
Kalau lebih lanjut, mereka semestinya wondering bahwa, kok bisa.. hukuk alam itu constant ( ajeg )
Dst
Emang faktornya banyak sih.
Like,
Ketika suatu obrolan gak komunikatif.
Problemnya adalah, di telinga yang kurang berfungsi, or di penyampai yang agak gak capable