Langsung ke konten utama

dari agnostik yang rasional metodological, menuju keimanan dengan penuh wisdom, consideration, dan intuition

@mariagreen yang lain ku sibut orang beriman. Para believers

Emm.
Sorry i forget. Soal bahasa, term, dan geser arti.

Agnositisme, 
As far as i know dari yang ku buku agnostisisme yang ku baca.

Itu adalah posisi. Kerna gak verifiable.

In short,
Ada realitas,
Ada mesin pikir tuk proses realitas.
Nah. Ada observable world, ada unobservable world.

Misal.
Di kristen.
Konsep ketuhanannya adalah tuhan turun trus membersamai manusia.

Logika biner cuma, bener dan salah.
Meotodologinya. Tinggal diverifikasi.
Posisi dari statement tersebut, cuma ada 2
Salah, dan benar.

Namun ada posisi tidak tau ( posisi agnostik )
Mengakui limit dari metodologi, obervasi, verifikasi.

Setelah itu,
Ada 4 kemungkinan
Percaya bahwa benar
Percaya bahwa salah
Tidak percaya bahwa benar
Tidak percaya bahwa salah.

CMIIW, kierkegard said " lompatan pemikiran "
Bergeser dari logika ilmiah ke meyakini/mempercayai ( believe itu verb, perlu objek yang diyakini )

Ke hal hal yang observable dan verifiable.
Kita gunakan set data dan metodologi, dst

Nah hal hal yang unobervable dan unverifiable.
Our possibility cuma memproses sejumlah claims,
Nah.. in my oppinion, itu adalah gesernya bahwan lompatnya.. pemikiran yang metodologis/verifikatif/scientifik..
Ke pemikiran yang ( intuitif, based on statistic, otoritatif/based on track record si messenger, wisdom, pertimbangan untung rugi, pertimbangan mudah sulit, pertimbangan like or dislike, )

Nah, i think and as we both know
perlu juga bedakan konsep agnostik dan para orang yang menyebut diri mereka agnostik, sebagaimana beda islam dan muslim, beda science, psedo science, dan subjektifitas/preferensi/egositis si scientist.
( scientis yang bikin wajah science jadi bias )

Mungkin gitu