Tentang mbah nun, bukan hanya sejalan.
2016-2020 pola pikirku yang membentuk mbah nun.
Ada segituga cinta, definisi agama dan budaya, bukan siapa yang benar tapi apa yg benar, konsep dapur dan sajian, punyai banyak opsi kegiatan, jangan paksa pohon mangga berbuah rambutan, manusia hanyalah kesadaran-jiwa-cinta, terminologi manusia sunah-wajib-makruh-dst, ada wilayah kebenaran-kebaikan-keindahan, ideal tuk pazling amal dan nikmat, bahaya kata/istilah, dst.
Balik ke Kaidahku..
Kebenaran hanya ada 1,
Kalau ada banyak itu hanya merasa benar/pembenaran.
Ku secara terminologi gak setuju dengan bener sendiri, bersama, dan sejati.
Meski ku sangat paham betul apa yang dimaksudkan.
Ada keresahan saat mengetahui bahwa ada kondisi sama-sama benar.
Seperti. Jalan ke jogja buanyak rutenya.
( sementara saya akui bahwa ada konteks sama-sama benar )
Yeah,
Mungkin aku agak kaji ulang,
Makna berdiskusi, makna bedebat, makna berdialektika.
Apa intensi ku, dst.
Jangan sampai melakukan hal yang wasting time again..
Yeah,
Ku latih lagi, bahwa ada hak untuk berbeda,
Ku pribadi gak puas dengan ada " fenomena " sama sama benar.
Yeah,
Tapi ku anggap it's not wise tuk dijadikan topik di public
Yeah ku jadikan topik tersebut tuk dialektika sendiri saja.