Langsung ke konten utama

kalo hal yang unobservable/unverifiable. better gak orientasi pada kebenaran. but, kebaikan/wisdom, which esier, benefite, utility, dst.. so.. my prinsip is as far gak destruktif. goahead/uptoyou.

Better tuk discuss about epistemologi, the truth, dan metodologi.

In short
1. Ada yang observable dan unobservable
2. Ada yang verifiable dan unverifiable
3. Emm.

Yanv observable dan verifiable, yeah at least masih " touchable "

Nah.. hal-hal unobservable,
Begitulah,
Sejumlah claims, keyakinan, assumption, dst. You know lah about that 

Terkait hal hal yang gak bisa diobservasi/dicek-ricek..
I think better tuk dijadikan hal privat.
Kalaupun hendak dijadikan tema bersama/komunal/public. 
" ujungnya harua sama-sama dipahamai/disadari, bahwa ujungnya bukanlah kebenaran. Namun hal lain "
I mean, like wisdom, mana yang easier, mana yang better, mana yang effektif, mana yang less conflict, dst.

Dan. Kita using dimensi " keyakinan, iman, dst " kerna scientific method can't be used.

For me tolol, jika ada sejumlah orang yang mengomentari claims atas hal hal yang unobservable/ubverifiable.. namun pakek metode ilmiah.

Kayak. Ada yang bikin statment, " siksa kubur itu ada, ada jembatan setipis rambut dibelah tuju, dst "
Ketika ada scientis menyalahkan or membenarkan.
Kalo orang paham. Ia bicara as a human  not as a scientist. Semestinya ia ngerespon like this " that theme is unobservable and unverifiable, dan semestinya ia jadi agnostik "

Nahm itulah standing posisionku nim.
Ku gak bisa menyalahkan or membenarkan.

Kernanya, terkait hal hal keyakinan/spekulasi filosofis.
I suggest tuk. Koridornya baik buruk saja, koridornya untung-rugi saja, koridornya nikmat-sakit saja.

Like.
Jika. Ada yang punya keyakinan. Agar suatu kontruksi kokoh. Perlu tumbal proyek.
Ranah privat dah geser ke ranah public.

Emm. Balik ke your response nim
Bisa didetailkan lagi ?