Langsung ke konten utama

di ranah unobservable/unverifiable i prefer using tolok ukur " baik-buruk, untung-rugi, nikmat-sakit " than pakek bener salah..

Emm.
Balik lagi.
Unobservable dan unverifiable.
Coz the both, my orientation is on wisdom, it's not just the truth.
Jadi memang wilayah " subjektifitas "
Pertimbangan ( baik buruk, which easier, which effektif, dst "

Kerna. Cuma jadi tukeran argumen, dan tendensi ke debat kusir yang, you know wasting time.

Gak bisa menyalahkan or membenarkan, kerna gak bisa dicek-ricek.

Like. Apakah di my phone in galery ada photos-nya lisa blackpink??? 😅

Ranah filsafat i think semestinya bukan lagi orientasi pada kebenaran.
Better orientasi pada, kebaikan, kenikmatan, kemudahan, keeffektifan, dst.

Kerna kalo yang observable/verifiable, kita punya metode ilmiah, right ?

Yah. My prinsip is.
As far ranah privat gak destruktif ke ranah public
Fine fine aja sih.

Like.
Kalo ada yang punya keyakinan. Biar kontruksi kokoh. Perlu tumbal proyek.
Nah ini fo me dah geser, dari ranah privat ke public..

Kalo ada yang believes bahwa biar diri bersih  perlu mandi dari 7 sumber mata air.
It's okay sih. Kerna gak ngusik stabilitas sosial.

Nah. Tentang your response.
Em. Ku lebih kayak kita main GTA, 😅😅
Dan sedari dulu orientasiku masih sama yaitu "rasa"

Manusia for me adalah part of program
But, karna " consciousness dan kadar freewill, dengan struktur dan systems " 
Ku gak terlalu memikirkan tentang identitas.

Terlalu ceroboh sih kalau cenderung mempercayai bahwa we are Non player Character.

Sekali lagi diranah yang unobservable/unverifibale.
Ku cenderung pakek tolokukur/consideration. *Baik buruk, untung-rugi, sakit-nikmat, dst* 
Than pakek tolok ukur bener salah