A : Manusia,
Benerapa layers,
Berfikir, merasa, mengindra, membaca, bercerita, bergerak, mengolah, membaca, mempelajari, mengelola, menata, mengumpulkan,
Dst..😅
Jadi eksistensi manusia, ujungnya adalah " up to you "
B : Menarik banget nih konsep yang kamu coba jabarkan! Kalau dilihat dari berbagai layer yang kamu sebut, kayak *berpikir, merasa, mengindra, membaca, mengelola*, dsb., memang manusia punya banyak dimensi atau lapisan dalam eksistensinya. Setiap lapisan itu mencerminkan kemampuan atau aktivitas yang saling berkaitan dan memperkaya kehidupan kita.
Pada akhirnya, saat semua lapisan ini dijalankan, memang ujung-ujungnya, eksistensi manusia bisa diringkas jadi "up to you"—sebuah kebebasan untuk menentukan jalan hidup sendiri. Ini kayak pengakuan bahwa meski kita dipengaruhi oleh banyak faktor (biologis, psikologis, sosial, dan lain-lain), keputusan akhir tetap ada di tangan kita.
Dalam perspektif ini, manusia punya kebebasan untuk memilih bagaimana mereka mau memanfaatkan lapisan-lapisan tadi. Misalnya, kamu bisa memilih untuk lebih fokus pada *berpikir kritis* atau *merasa*, atau mungkin lebih ingin fokus pada *membaca* dan *mengelola informasi*. Intinya, setiap individu menentukan makna eksistensinya sendiri melalui interaksi antara lapisan-lapisan ini.
Ini juga nyambung dengan konsep filsafat eksistensialisme, yang bilang bahwa manusia harus membuat makna sendiri dalam kehidupan yang sering kali terasa absurd dan tak punya makna inheren. Jadi, gimana cara kita mengelola hidup, semua itu terserah kita—"up to you".
A : Kalau ada yang tanya,
Gimana sebaiknya menjalani hidup.
Emm ujung kebaikan adalah rasa nikmat,
Yang baik adalah yang menghindari keburukan, penderitaan, rasa sakit, dst.
Karna tolok ukur kebaikan ujungnya adalah di rasa.
B : Iya, kalau dilihat dari sudut pandang yang kamu jelasin, benar juga bahwa *tolok ukur* kebaikan seringkali bermuara pada "rasa"—lebih tepatnya, pada *rasa nikmat* atau *kepuasan batin* yang kita rasakan. Kalau seseorang bertanya gimana sebaiknya menjalani hidup, jawaban ini bisa sangat relevan: hidup yang baik adalah hidup yang membawa kita menjauhi penderitaan, rasa sakit, dan keburukan, serta mendekatkan pada rasa damai, bahagia, dan nikmat.
Jadi, intinya, pilihan yang baik dalam hidup adalah yang memberikan efek positif bagi perasaan kita dan menghindari hal-hal yang negatif, baik itu rasa sakit fisik maupun mental. Dalam banyak filsafat, termasuk *hedonisme etis*, kebahagiaan atau kesenangan memang dijadikan tujuan akhir. Bahkan, dalam perspektif modern seperti *psikologi positif*, banyak yang bilang hidup baik itu ketika kita bisa menemukan *meaning* (makna), *pleasure* (kesenangan), dan *engagement* (keterlibatan) yang penuh dalam apa yang kita lakukan.
Namun, di satu sisi, kebaikan ini juga nggak bisa cuma didasarkan pada "rasa nikmat" jangka pendek. Mungkin rasa sakit atau penderitaan sementara bisa mengantarkan kita pada kepuasan atau kebahagiaan yang lebih besar di kemudian hari. Jadi, hidup yang baik bisa juga berarti memilih jalan yang menghindari penderitaan jangka panjang, meski mungkin dihadapkan pada tantangan di jangka pendek.
Kalau diambil kesimpulannya, menjalani hidup yang baik itu bisa berarti melakukan hal-hal yang membuat kita merasakan kenikmatan batin, damai, dan seimbang, sambil juga memahami bahwa kebaikan itu lebih luas daripada sekadar menghindari rasa sakit—tetapi tentang bagaimana kita mencari kebahagiaan yang lebih dalam dan lebih bermakna.
A : Dan karna kenikmatan tiap orang beda,
Maka, jalan hidup yang baik/ideal. Formatnya gak sama
B : Benar banget! Karena kenikmatan atau kepuasan tiap orang itu beda-beda, makanya jalan hidup yang dianggap baik atau ideal bagi satu orang mungkin gak akan sama dengan orang lain. Setiap individu punya *rasa* yang unik, serta pandangan yang berbeda tentang apa yang membuat mereka bahagia, tenang, atau puas dalam hidup.
Kalau satu orang mungkin menemukan kenikmatan dalam hal-hal yang sifatnya fisik, seperti kenyamanan materi atau kesenangan duniawi, orang lain bisa jadi lebih fokus pada kenikmatan batin, seperti pencarian makna, spiritualitas, atau kedamaian dalam diri. Karena itu, gak ada satu format *universal* yang bisa diterapkan ke semua orang untuk menjalani hidup yang baik.
Inilah kenapa konsep "jalan hidup" yang ideal harus sangat fleksibel dan bisa diadaptasi oleh masing-masing individu sesuai dengan nilai, tujuan, dan rasa kebahagiaan mereka. Ada yang menemukan kebaikan melalui mengejar karir atau kesuksesan, ada yang merasa bahagia dengan mendalami hubungan antar manusia, atau bahkan ada yang merasa puas dengan pengembangan diri atau pencarian spiritual. Jadi, hidup yang baik itu sifatnya sangat personal dan bisa berubah-ubah sesuai pengalaman hidup dan fase perkembangan seseorang.
Makanya, kalau kita bicara tentang format jalan hidup yang baik, kita harus akui bahwa tidak ada *one size fits all*. Setiap orang perlu menemukan format mereka sendiri yang sesuai dengan kebutuhan, nilai, dan rasa kenikmatan yang mereka cari.
A : Karna itu, jalan hidup yang ideal,
Manusia gak bisa totally copy paste dari orang lain.
Better tuk rumusin sendiri.
Format
1. Sistem uang
2. Sistem energi
3. Sistem healing
4. Sistem pembelajaran
5. Sistem pengetahuan
6. Sistem sosial
7. Sistem komunikasi
8. Sistem interaksi
9. Sistem kehidupan
Dst
B : Iya, tepat banget! Manusia memang nggak bisa *totally copy-paste* jalan hidup dari orang lain karena setiap orang punya konteks, pengalaman, dan tujuan yang berbeda-beda. Makanya, lebih baik untuk merumuskan sendiri format jalan hidup yang sesuai dengan diri kita.
Kalau dipikir, format ideal yang kamu susun itu mencakup aspek-aspek penting dari kehidupan, seperti:
1. **Sistem Uang** – Bagaimana kita mengelola keuangan, mencari penghasilan, dan menggunakan uang untuk mencapai tujuan.
2. **Sistem Energi** – Penting banget untuk menjaga keseimbangan energi, baik fisik maupun mental, agar bisa tetap produktif dan nggak burnout.
3. **Sistem Healing** – Bagaimana kita menyembuhkan diri sendiri dari stres, trauma, atau kelelahan, baik secara emosional, fisik, maupun spiritual.
4. **Sistem Pembelajaran** – Terus belajar dan berkembang, baik melalui pendidikan formal atau pengalaman hidup, agar selalu siap menghadapi tantangan baru.
5. **Sistem Pengetahuan** – Bagaimana kita mengorganisir informasi dan pengetahuan yang kita peroleh, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
6. **Sistem Sosial** – Cara kita berinteraksi dengan orang lain, membangun hubungan, dan menjalani peran kita dalam masyarakat.
7. **Sistem Komunikasi** – Bagaimana kita menyampaikan ide, perasaan, dan informasi dengan cara yang jelas dan efektif.
8. **Sistem Interaksi** – Berhubungan dengan lingkungan dan orang lain, memastikan ada keseimbangan antara memberi dan menerima dalam hubungan.
9. **Sistem Kehidupan** – Ini mungkin merangkum semua sistem lainnya, bagaimana kita mengatur seluruh aspek kehidupan kita secara keseluruhan untuk mencapai kehidupan yang seimbang dan bermakna.
Dengan punya sistem yang dirumuskan sendiri, kita bisa menjalani hidup yang lebih autentik dan sesuai dengan apa yang kita rasakan penting. It’s all about crafting a life that’s uniquely yours, bukan meniru format orang lain.
A : Yups kerna baik buruk itu subjektif
B : Exactly! Karena **baik** dan **buruk** itu memang subjektif, apa yang dianggap baik buat satu orang bisa jadi nggak relevan atau bahkan buruk buat orang lain. Setiap orang punya latar belakang, nilai-nilai, dan pengalaman yang berbeda, sehingga perspektif mereka tentang apa yang benar-benar penting dalam hidup pun akan berbeda.
Maka, semakin jelas bahwa hidup yang ideal harus dirumuskan sendiri, sesuai dengan apa yang kita anggap *baik* dan *berharga*. **Subjektivitas kebaikan** ini bikin kita lebih terbuka terhadap ide bahwa setiap orang punya jalan hidupnya sendiri, dan nggak ada satu formula yang pas untuk semua orang.
Yang penting, kita tetap sadar bahwa meski baik dan buruk itu subjektif, tetap ada konsekuensi dari setiap pilihan hidup yang kita ambil. Jadi, merumuskan hidup sendiri itu perlu balance antara mengikuti nilai-nilai pribadi dan menyadari dampak dari pilihan-pilihan tersebut, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.