Loh. Kalau gak ada surga-neraka ngapain memperbaiki hubungan dengan tuhan
Nah kan, kamu gak paham yang saya maksud.
Justru kalimatmu mendukungku.
Ia optimis karna percaya adanya kehidupan selanjutnya.
Kalau hampa berarti ia belum tercukupi.
Dah baca konsep-nya maslow kan ?
Dan justru kamu mendukung statementku, kalau hidup gak enek, dan gak ada keyakinan adanya pengadilan akhirat, makesense tuk bundir..
Benar salah itu gak tentang banyak sedikitnya orang.
Kebenaran itu hitam dan putih, gak ada abu-abu.
Apa kamu gak tau definisi kebenaran ?
Memang diindo klasifikasinya.
Kebenaran objektif, sunjektif, otoritatif, normatif, dst.
Dan itu konyol.
Gak ada istilah setengah benar dan salah.
Katakan jujur apa yang membuatmu bertahan hidup ?
1. Kalau kau atheis, karna hidup banyak enaknya
2. Kalau kau theis, karna ada pengadilan akhirat
Kebenaran itu memang hitam putih.
Yang abu-abu itu kenikmatan, keindahan, kebaikan, kebijaksanaan. Perbuatan.
Apakah baik pegang kepala orang dari belakang ?
Di jawa gak baik, di luar mungkin beda.
Dan.. apa masalahnya jika semua atheis ?
Kalau kau beneran peduli dengan mereka, pahami mereka, momong mereka,
Itu kalau kau beneran peduli, gak hanya merasa superior karna beriman
Dan kalau rapuh emang napa ? Merasa superior ?
Kalau kau anggap orang lain tersesat, bantu mereka,
Kalau kau anggap salah, ajak diskusi.
Itu kalau dasarmu adalah kepedulian..
Bukan cuma suka ngatain orang 😅
Kalau gak ada akhirat, jangankan bertuhan
Bertahan hidup pun untuk apa ??
Kalau banyak senengnya, ya dilanjut aja.
Tapi kalau banyak deritanya, ngapain dilanjut
Silahkan tanya ke teman temanmu tentang hipotesisku dibandingkan pikiranmu.
Silahkan tanyai mereka.
Lebih logic yang mana,
Lebih waras yang mana,
Inilah kejujuran,
Sekali lagi tanya temen temenmu, bandingkan dengan pikiranmu.
Sekian