Repot.e
Ku anggap tuhan biang dari permasalahan.
Toh ada pilihan tuk tidak menciptakan kehidupan,
Tapi tuhan tetap ciptakan kehidupan.
Aku ngerasa dipermainkan tuhan.
Dia ciptakan mamusia, dan dia uji manusia.
Toh ada pilihan tuk tidak menguji,
Ada pilihan tuk tidak menciptakan.
Karna itu, in my case,
Logically alasan bertahan hidup, berbuat baik.
Adalah karna ada surga dan neraka.
Tanpa ada surga dan neraka, untuk apa bertahan ? Untuk apa berbuat baik ? Untuk apa berjuang ?
Kalau hidup banyak indahnya, makse sense bertahan hidup, dan bercita cita jadi abadi.
Kalau hidup banyak kelabunya, untuk apa bertahan ?
Karna memang alasan orang bertahan hidup adapah karna ada kehidupan selanjutnya.
Nek dirimu wis moco dialaktika ii sik tak kirim.
Diakhir kalimatku.
Apakah kau berani mangatakan, tuhan kutelah mengerjakan seoptimal mungkin. Perintah dan laranganmu, dan sekarang mana janjimu ??
Balik eneh, tuhan tak terdikte atas firman yang ia wartakan lewat para messengers.
Karna inji jiwaku menganggap kehidupan tak semestinya ada,
Ning kok terlanjur eneng π
Gak iso exit seko this game π
Bahkan rasapun adalah belenggu.
Tapi sensasi temporal sik gae daya hidup.
π bacut urip.
Emm ketika aku gae kalimat,
Bahkan manusia objectively gak harus damai, gak harus senang,
Tapi nek gak kui.. meh ngopo??
*Mungkin persoalanku
Unti jiwaku.
1. Aku menolak keputusan tuhan tuk menciptakan kehidupan
2. Dan bacut urip π
3. Dan as we both know, kalah posisi π
4. Dan pemberontakanku pada keputusan tuhan, you know lah memang sia-sia
5. Dadi.. koyok dirimu as an activist. Membetontak keputusan keputusan sik tok anggap gak pas,