Loh, but our emotions/feelings are real.
Realitas objektif, subjektif, inter-subjektif.
Dan memang beginilah, hakikat eksistensial kita π.
Cuma rasa sih, tujuan sekaligus alasan,
Alasan orang bertahan dan berjuang.
Biar gak dipandang aneh,
Kalau gak aku yang berpura pura.
Mereka yang ku paksa, ku jejali dengan kebenaran. " that in our life there's no point ( pointless ) " ππ
Kita cuma mubeng mubengπ
Tapi nyata terasa,
Nikotin dan kafein, nyata nikmatnya
Orgasm dan attention, nyata nikmatnya
π
Even para believers aja, mereka unconsciously ambis on next life after death which they believe it π