Emm
Nyambung tema filsafat kehidupan. Rentang kemungkinan usia hidup ( let's say 80an th )
Memang yang ada adalah orientasi kalau tujuan itu gak ada,
Ada perbedaa di kedua istilah tersebut
1. Tujuan, menuju, dituju, Artinya ada ujung, akhir, muara
2. Sedangkan orientasi adalah, terus menerus maintaining,
Apakah tujuan kita bahagia ?
Bukan, toh kita dulu pernah bahagia, tidak bahagia, bahagia lagi, dan tidak bahagia lagi
Laper, makan, laper lagi, makan lagi,
Kerja, belanja, bokek, kerja, belanja, bokek
Sepi, party, sepi, party, terus dan menerus.
Actually kita emang muter-muter sih,
Dipusaran rasa, pusaran energi, pusaran mood, pusaran guna, pusaran kata, dst.
Ada ilmuan yang bilang, kalau cari makna hidup, gak akan ketemu.
Makna ada kehidupan, makna kita ada, makna manusia punya kesadaran, makna manusia punya mesin perasaan. Gak bakal nemu.
Ia lebih memandang hidup sebagai suatu sistem yang ada konsekwensinya.
1. Sistem perasaan
2. Sistem energi
3. Sistem sosial
4. Sistem ekonomi
5. Sistem pemerintahan
6. Dst...
Dia jadinya mandang, kalau gak makan gak papa tapi ada konsekwensi
Gak bersosial gak papa tapi ada konsekwensi
Gak belajar gak papa tapi ada konsekwensi
Gak liburan gak papa tapi ada konsekwensi
Gak bermain gak papa tapi ada konsekwensi..
Dia mandang, kita hanya muter muter, dst..
That's life
Beragama pun ujungnya karna keyakinan adanya surga dan neraka.
Kalau gak ada surga dan neraka, apa manusia masih beribada ? Belajar agama ?
Itu pun juga termasuk suatu sikap. Dari sistem-sistem(hukum-hukum ) yang kita bahas sebelumnya.
Ada hukum alam dan percabangannya
Ada hukum sosial dan percabangannya.
Ada humum tuhan dan percabangannya.
Actually manusia terus dan menerus menyikapi 3 hukum tersebut
Menyikapi perasaan kita, menyikapi energi kita, menyikapi kesehatan kita, menyikapi keuangan kita ( kerna hukum ekonomi sekarang gak barter tapi pakek mata uang ), dst...
Dst...
Yahh.. that's life yang inevitable 🙂