Langsung ke konten utama

wkkwkw, like matematika, dah yakin jawab A, ternyata setelah kelak dicocokkan, jawanannya bukan A, ( so, be careful-lah dalam keyakinan )

Ternyata memang.
Kecerobohan ku adalah hanya menggunakan variabel kebenaran.
Padahal.. itu mustahil.
Seperti soal pilihan ganda.
Let's say ada opsi A,B,C, dan D

Tiap murid ada yang jawab a, b, c, or d
dan ada juga yang gak menjawab soal tersebut, ada yang gak memedulikan soal tersebut.

Dan yang tau exactly, tentu saja yang maha tau, sang pembuat soal ujian.

Manusia hanya memproses sejumlah opsi yang tersedia. ( kerna ada sejumlah hal yang unobservable )
Pilihannya hanya memproses sejumlah tawaran " claims"
Memilihnya, meyakininya, dan melanjutkan ke soal-soal lainnya

Iya sih, ku baru aware, bahwa
Ku hanya using variabel kebenaran.
Padahal ada variabel lainnya.
Like ( kebaikan, kemudahan, kebijaksanaan, kenikmatan, kebanyakan, dst )

Kegelisahanku adalah.
Kayak kita dulu when we was a student.
Dah manteb jawab A, ternyata setelah kelak dikoreksi jawabannya gak sesuai kunci jawaban. Wlwlwkwm😀

Setelah dialog dengan mas ugik