mengakui sejumlah hal yang unobservable/unverifiable.. and pemaknaan ulang tentang saling nasehat-menasehati
Bertanya minimal ada 4 motif
1. Ngetes
2. Iseng
3. Retorika
4. Pengen tau secara pasti..
Refers to epistemologi.
Ada sejumlah hal yang gak bisa diobservable, diverifiable..
Like,
tuk tau, is borobudur really peninggalannya nabi sulaiman aja.
Pol pentok jawabannya based on arkeologis..
Dan itu bukan pengetahuan namun keyakinan.
Keyakinan bahwa jawabannya logis.
Emang di indo entah kenapa kebenaran di klasify jadi beberapa jenis.
1. Kebenaran otoritatif
2. Kebenaran subjektif
3. Kebenaran objektif
4. Kebenaran normatif.
Padahal as far as i know, kebenaran itu tunggal ( secara hakikat )
Meski bentuknya dapat berbeda beda
2+2 =4
2+2 = 2²
2+2 = 4 + ( -8 )
2+2 = 2 x 2
2+2 = 4 + 0
2+2 = 8 : 2
Dst
Tapi hakikat-nya sama
Repotnya juga ada pertanyaan yang salah
Like, ayahmu apa sudah hamil
Itu pertanyaan yang gak bisa dijawab, kerna gak menyesuaikan hakikat sifat yang didesign-kan pada male gender.
Emm..
Tuk yang ambisi pada jawaban,
Kadang jadi preasure kerna emang ada jawaban yang mustahil diraih..
Berkenaan denga perangkat tuk processing sejumlah set data.
Kayak gimana sebelum big bang ada,
Gimna sebelum sang creator ada.
Itu pertanyaan yang,, " salah "
Kerna kata " sebelum " merujuk ke waktu.
Apakah waktu sudah ada ?
Dan gimana konsep waktu ?
Than bertanya, i think better tuk berdialektika.
Kerna unconsciously pada pertanyaan. Kayak ada degree.
It's fine, but kayak underestime orang lain.
Degree ( tinggi-rendah ) itu keniscayaan.
But, biarkan saja ia dimengerti, tanpa perlu dijelaskan..
Nah, kalau emang bebal, perlu tuk diexplains-kan.
Refers ke ilmu sosial,
Ada yang namanya social interaction
Di dalamnya ada communication.
Nah, perlu ada tujuan bersama yang jadi titik temu.
Teks perlu konteks, kalau engga cuma onani bibir dan narsisme di panggung..
The Last
Saya gak cocok dengan pemaknaan di surat wal asyr ayat terakhir.
" ... saling nasehat-menasehati .. "
Kerna unconsciously, kalau sudah terfikir tuk menasehati orang lainn.
So, ia udah merasa benar,
Dan melihat orang yang berbeda ia anggap salah jalan/ salah pemahaman.
So terus ia dengan heroiknya menceramahi others..
I think perlu reinterpret ayat tersebut..
Atau kalau engga, at least ada kajian historis berkenaan ayat tersebut..