quran >> nabi >> hadist >> pengolahan informasi >> susuan informasi ( kitab-kitab ) >> perbandingan figur >> bonceng si driver
Emm,
About faith. ( islam )
For me kayak gini.
Dan tuk beragama pun ruteku juga beda dengan orang lain.
Shortly,
Rute pikiranku
1. Baca quran terjemah :
Quran for me adalah the compilation of information,
Ada informasi masa lalu, masa depan, scientific, hukum, dan sejumlah informasi yang mustahil tuk di observe ( sifar tuhan, mekanisme wahyu, sebab² masuk surga- neraka, dst )
2. Dari quran ku bertemu the messenger of god : prophet muhammad, then kenal dengan sejarah, hadist, dst
3. Kunci dari semua hal actually adalah sejarah. Yah meski telaah suatu hal dengan kajian historis itu kadang mustahil kerna, sangat mungkin prasasti/manuskrip itu hoax ( i mean di buat di masa lalu )
Para sejarawan refer ke situ, so it means bukan kebenaran objektif namun kebenaran historis. Which is versi si sejarawan a, sejarawan b, dst
4. Shortly, quran ku uji secara, scientific, historis, sosiologis, psikologis, filosofis, normatif, dst..
Nah ada sejumlah hal yang mustahil diobservasi dan verifikasi/konfirmasi, itulah yang ku imani ( believe kan kata kerja/verb, means perlu object yang diimani, yang kuimani : muhammad the messenger of god, adanya nextlife afterdeath, pengadilan akhirat, dst )
Caraku mempercayai/ mempercayakan keselamatanku pada si driver, dan aku ngikut ke bis pemahamannya dia.
Dengan cara itu.
Ku lakukan sejumlah pengujian terhadap sejumlah orang,
Ku uji dengan sejumlah tolok ukur yang ku pilih
Nah, berkaitan hal teknis,
Kan, tolok ukur ada banyak.
Ada yang memilih based on : penyampaiannya, wawasannya, gelarnya, popularitasnya, profilnya yang humoris, intelektualitasnya, dst
So, setiap orang menentukan tolok ukur tuk memilih, siapa yang akan mengantarkannya ke suatu tujuan.
Siapa yang benar ?
Tolok ukur itu gak bisa dipakai,
Yang masih bisa dipakai siapa yang sedikit bohongnya, which is indicated that " sang figur " >> credible,
Capability dengan konteks " menjamin " sampai tujuan dengan selamat, gak bisa di pakai
Du Last paragraf, saya jadi keinget karyanya mbah hasyim asyari. ( note : saya pakek kata " mbah " literally mbah, gak ada maksud lain )
Very simmilar, udah ngikut saja, mbonceng saja. Ngikut arahan si drivernya