Puanjang banget dah.
Kalau ku gak ngerti konteks maapi yak, wkwkw
Dan nyambung ke the mother of sciences.
Yang ditinggal anak anaknya. Memang bung.
Shortly kan,
Dulu mitos ke logos.
Kosmosentris ke antroposentris ( i mean orientasi pikiran, dulunya filsafat alam yang katanya melangit, berganti ke objek manusia )
Sorry to say, filsafat kan awalnya ngira ngira, nduga duga.
You know lah gimna pemikiran para filsuf awal.
Emm, nah semuanya berubah tatkala ditemukannya formula
" metode ilmiah "
Dan terjadilah persimpangan juga ( natural science dan social science )
Then, wih.. teknologi, revolusi industri, dst, dst ..
Lukisan, dance, sastra, theater, film, dst, dst.
Kapitalisme, konsumerisme, .
Emm.
Orang indo actually menggunakan mindset filsafat, namun tidak membaca hasil olah pikir dari para filsuf.
Emm, kita discuss tentang implementability filsafat in indo aja kah ??
Priority-nya tetep epistemologi sih for me.
Itu dulu,
Jadi ku kuanggap better tuk ngenalin mindset. Metodologi.
Kan for me ada 2
Scientific Mindset and philosophical mindset.
Itu dulu sih,
Kalau konsep konsep, isme-isme tar dulu lah.
Ku prefer orang indo ngenalin cara mengolah data dulu
Than cuma ngutap-ngutip para filsuf
For me atleast gen z kenal dengan
Epistemologi, agnostisisme ( as a point of view ), scientific method, philosophical method.
Dah itu aja cukup.
Kalau kebenaran nyarinya di natural science,
kebaikan di social science,
Kegunaan di technology,
keindahan di art,
kebijaksanaan di philosophy,
Simply-nya gitu sih.
Back to this topic " ditinggalkan anak-anaknya "
Kerna memang sejumlah hal tlah replaced oleh science dengan metode ilmiah.
Tapi tetep filsafat as a verb.
I mean as a metodology, gak akan berakhir men.
Justru gerbang ke religion adalah dari filsafat actually