Langsung ke konten utama

akhirnya, clear dengan scientific method, philoshopical method, kebenaran, kebaikan, kenikmatan... pengetahuan dan perasaan

Teruntuk temen temen yang sedang mencari kebenaran.

Emm, btw
Sebelumnya, sorry to say.
Di indo kebenaran ada : objektif, subjektif, otoritatif, normatif, dst.

Wkwk, aneh. Kebenaran kok subjektif, tapi untuk memudahkan komunikasi ok lah, i know about that

Mungkin karna gak tau, bahwa kebenaran itu tolok okur, 
Tolok ukur pengetahuan,
Kebenaran : tolok ukur pengetahuan
Kebaikan : tolok ukur perbuatan
Kenikmatan : tolok ukur perasaan

Dan gak bisa asal pakai
Like, gak bisa gunain kilogram( kg ) tuk jarak, or gunain meter ( m ) tuk berat.
Kan aneh, kalau ada yang tanya, jogja bali berapa kilogram ( kg )
Dst ...

I mean, 
Semestinya gak bisa gunain benar-salah pada perbuatan.
Like ngelonte, gak bisa bertanya apakah ngelonte itu salah,
Semestinya tolok ukurnya, apakah ngelonte buruk.

Nah. 
Lanjut definisi.
Kebenaran tuh tolok ukur pengetahuan, which is kesesuaian pengetahuan dengan kenyataan

Kayak ujian sd,
Ada soal, pilihan jawaban dan kunci jawaban.
Cara koreksinya cocokkan saja jawaban ke kunci jawaban.
Benar : sesuai kunci jawaban
Salah : tidak sesuai kunci jawaban.

Konsep dasarnya begitu.
Lanjut ke perbandingan agama, kepercayaan.
Emm btw, jumlahnya ada banyak, 

Nah, now kita analisa seluruh agama didunia, seluruh kepercayaan didunia.

Core dari agama adalah messages/ the compilation of informations ( kitab suci )

Ujung dari membandingkan adalah untuk memilih,
So i think better tuk metodenya eliminatif ( di seleksi, dibuang )
Sejumlah tolok ukur

1. Scientifik. Alam adalah ciptaan tuhan, nah kalau emang ada kitab suci dan messengers yang ngeclaim/declair as a messenger of god, semestinya isinya gak bertentangan dengan alam semesta,

2. Historis. Kalau transmisi/estafet informasinya bermasalah, buanyak versi, gak layak tuk dikaji

3. Sosiologis/psikologis. Kalau isinya mengacaukan tatanan sosial, gak layak dikaji or dijadikan option

Dst...

Metodologi dalam menilai semua hal, cabangnya ada banyak.
But, batangnya for me ada 2 
Scientific method and philoshopical method.
Keduanya better tuk used 

Let's say 
Ku terlahir di keluarga muslim, so ku kan sampling ( mencontohkan ) mengkaji quran, fairly, objectificlly.

1. Firstly ku pakai telaah historis, ku bandingkan quran versi sekarang dan versi tertua yang. 
Kalau banyak versi, gak layak ku teruskan
2. Quran adalah kompilasi informasi, nah ada yang unverifiable, ada yang verifiable. Nah yang unverifiable kesampingkan dulu
3. Quran objectifically there're sejumlah hal yg verified lolos uji scientific, i mean embriologis, air tawar dan laut, big bang aku no comment, dst...
4. Quran lolos uji sosiologis normatif, like mengutuk kemunafikan, pedangan yang curang, sibuk ritus, gak peduli yang kesusahan, menghukum pencurian, mengutuk freesex, dst..
5. ..

Itu adalah contoh tuk mengkaji, diperbandingkan, dieliminasi

Kalau cara milih, silahkan.
1. Ada yang biar bisa nikah, kerna di indo so far yang ku tau gak boleh nikah beda keyakinan ( agama )
2. Statistik, mana yang lebih banyak
3. Yang ritualnya ( peribadatannya ) gak capek, gak repot
4. Ngikut ortu
5. Ngasal milih,
6. 

Ini ditujukan ke orang yang percaya adanya surga dan neraka ( pengadilan di next dimention )
Kalau gak percaya pengadilan. Agak gak berguna memahami tuhan dan belajar agama 

Note : Yang terakhir 
Dalam mengkaji sejumlah claims atas holy book / messages of god ( kitab suci )

Kalau kita breakdown, ada yang bisa pakai scientific method,
Tapi ada sejumlah hal yang gak bisa pakai scientific method, pakeknya philoshopical method,

Pertanyaan scientific contohnya : apakah pengadilan ( heaven and hell ) di kehidupan selanjutnya ada ?

Pertanyaan kefilsafatan contohnya : bagaimana jika pengadilan di kehidupan selanjutnya tidak ada, gimana kalau ada ?
Kalau gak ada, sungguh gak adil kehidupan ini, 
Buanyak hero yang belum diperlakukan layak semasa hidup, buanyak kriminal yang belum dihukum sepadan kerna lolos hukum/kebal hukum semasa hidup.
So, lebih bagus banyak yang percaya neraka is exist, banyak yang takut, at the end stabilitas in social system tambah terjaga

Scientific method ujungnya kebenaran
Philoshopical method ujungnya kebaikan, wisdom, pertimbangan baik-buruk, dst

Wkwkk, telalu banyak kalau ku kaji seluruh claims 
Claim tentang messenger of god dan message of god.

So i tawari analytical framework aja wkkwwk